Senin, 13 Juni 2011

WASIAT RASULULLAH KEPADA ABU DARDA’


(Bagian Pertama)
Dari Abu Darda’ radhiyaallahu’anhu. ia berkata: Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam. bersabda kepadaku dengan sembilan perkara: (1) Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu, meskipun engkau dipotong atau dibakar (2) Janganlah sekali-kali engkau meninggalkan shalat wajib yang lima waktu dengan sengaja, karena barangsiapa yang meninggalkan shalat secara sengaja akan lepas dari jaminan Allah…
(HR.Bukhari, Ahmad 5/238, Ibnu Majah no.4034, Thabrani)
Wasiat ini merupakan wasiat yang agung sebagai rahmat untuk sekalian alam yang menunjukkan sayangnya Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam terhadap umatnya. Wasiat ini meskipun untuk Abu Darda’ akan tetapi pada hakekatnya untuk seluruh kaum muslimin. Karena Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah ta’aala:
Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan sebagai rahmat untuk sekalian alam.” (Al-Anbiya’:107).
MAKNA HADITS :
1. Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun meskipun engkau dipotong atau dibakar.
Dalam wasiat yang pertama ini, Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam melarang kepada umatnya agar tidak berbuat syirik terhadap Allah ta’aala. Para ulama telah menjelaskan tentang syirik ini, yaitu: seorang hamba menjadikan sekutu bagi Allah, dia mencintainya sebagaimana ia mencintai Allah ta’aala. Dia setia kepadanya sehagaimana ia setia kepada Allah ta’aala, mengharap di waktu senang dan berlindung di waktu sulit serta dia mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan hanya kepada Allah, seperti berdoa kepada sesuatu apakah sesuatu itu berupa manusia, patung, pohon, batu, jin dan yang lainnya atau dia meminta kepada selain-Nya – beristighotsah, bernadzar, dan lain-lainnya. Maka inilah yang dikatakan sebagai perbuatan syirik.
Allah ta’aala berfirman :
“Berdo‘alah kepada-Ku niscaya Kuperkenan-kan bagimu” (al-Mukmin /al-Ghafir:60)
Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam bersabda :
Do’a adalah ibadah” (HR. Tirmidzi).
Oleh karena itu jika seseorang berdo’a, memohon pertolongan di saat sulit, dan lainnya kepada selain Allah, maka inilah yang dinamakan syirik.
“Dan janganlah kamu beribadah kepada selain Allah apa-apa yang tidak dapat memberi manfa‘at dan tidak (pula) mendatangkan bahaya kepadamu; sebab jika kamu berbuat (demikian) itu, maka sungguh kamu termasuk orang-orang yang zalim (musyrik)”.
(Yunus 106)
“Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan do’anya sampai hari kiamat. dan mereka lalai dari (memperhatikan) do‘a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sesembahan-sesembahan itu menjadi musuh mereka,dan mengingkari pemujaan mereka. (al-Ahqaf: 5-6).
Dalam ayat ini Allah ta’aala menjelaskan bahwa orang yang berdo’a, meminta kepada selain-Nya adalah orang yang paling sesat di muka bumi ini, oleh karena itu kita sebagai orang muslim harus meyakini jika terjadi sesuatu pada diri manusia atau lainnya, maka tidak ada yang dapat menghilangkan kesulitan musibah atau adzab tersebut melainkan hanya Allah ta’aala saja.
Sebagaimana Firman Allah ta’aala :
“Jika Allah menimpakan suatu kemudlaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia” (Yunus :107)
Firman Allah ta’aala:
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepadaNya dan (siapakah) yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di muka bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya).” (An-Naml 62)
Oleh karena itu Allah sangat murka jika ada orang mempersekutukanNya, dimana ia meminta berdoa dan memohon kepada selain-Nya. Kenyataan yang ada saat ini banyak dari kaum muslimin yang melakukan semua itu. Sebagai contoh yang banyak sekarang ini, betapa banyaknya kaum muslimin yang meminta, memohon pertolongan. atau istighotsah kepada kubur-kubur tertentu. Mereka beranggapan bahwa kubur itu memiliki keramat, barakah atau dapat menghubungkan kita kepada Allah, maka perbuatan seperti ini adalah perbuatan syirik akbar atau syirik besar –yang dosanya tidak akan diampuni jika ia belum bertaubat sebelum meninggal. Meskipun mereka menganggap bahwa penghuni kubur itu adalah orang-orang yang mulia atau orang yang suci atau orang-orang yang dekat dengan Allah ta’aala. Tetapi mereka tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya. Kita dapat melihat dalam sejarah, bahwa tidak ada seorang sahabatpun yang mendatangi kuburan Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam, padahal beliau adalah manusia paling mulia, dan orang yang paling dekat dengan Allah dibandingkan dengan orang-orang sesudahnya. Bahkan Rasulullah tidak dapat menolak bahaya sebagaimana firman Allah ta’aala :
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekirannya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain adalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira kepada orang-orang yang beriman”
(al-A’raaf: 188).
Anggapan para penyembah kubur bahwa yang mereka lakukan adalah sebagai perantara /tawassul kepada penghuni kubur itu. Maka kita kepada tanyakan kepada mereka: “Apakah kalian tidak membaca firman Allah ta’aala :
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) Kami tidak menyembah mereka melainkan su-paya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (az-Zumar : 3)
Oleh sebab itu. jika dikatakan bahwa orang-orang sudah mati itu bisa mendekatkan diri kita kepada Allah, maka semua itu dusta, yang berarti menyatakan pernyataan sama dengan orang-orang musyrik. Allah ta’aala berfirman:
Sesungguhnya apa saja yang kamu ibadahi selain Allah adalah berhala, dan kamu berbuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (Al-Ankabuut 17)
Orang-orang yang sudah mati tidaklah dapat memberikan manfaat atau mudlarat kepada kita, bahkan sebaliknya merekalah yang justru butuh kepada do’a kita.
Dalam hadits yang lain. ketika Nabi shalallaahu’alahi wasalam ditanya oleh shahabatnya tentang amal-amal yang memasukkan ia ke dalam syurga dan menjauhkan ia dari api neraka. Maka Nabi saw menjawab:
Beribadahlah hanya kepada Allah saja, dan jangan berbuat syirik kepadaNya dengan sesuatu apapun juga. (HR. At-Thabrani. ).
Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam bersabda :
Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar? Kami menjawab: “Mau wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Berbuat syirik kepada Allah, berbuat durhaka kepada kedua Orang tua dan berkata dusta.” (HR. Bukhari. Muslim dan Ahmad).
Tentang Bahaya Syirik ini, Allah ta’aala berfirman :
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am 88)
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,. maka pasti Allah haramkan kepadanya syurga dan tempatnya ialah neraka dan tidak. ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zhalim itu. ( Al-Maidah :72)
Oleh karena itu.merugilah orang-orang yang berbuat syirik, mudah-mudahan kita dijauhkan oleh Allah dari perrbuatan syirik tersebut.
Dalam hadits Abu Darda’ di atas disebutkan larangan Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam agar tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, yang juga diikuti dengan kata meskipun engkau dipotong/dibunuh atau dibakar, hal ini menunjukkan kerasnya larangan Rasulullah agar umatnya tidak menyekutukan Allah, meskipun dengan mengorbankan nyawanya sendiri. seperti para shahabat yang mempertahankan syahadat ini. Maka mereka pun tak luput dari siksa. ancaman bahkan dibunuh, akan tetapi mereka tetap tidak berbuat syirik sedikitpun.
Contoh yang lain, seperti Ashhabul ukhdud yang Allah ta’aala terangkan dalam surat al-Buruj : 4-9 yaitu sekelompok masyarakat yang beriman kepada Allah dan mengingkari ketuhanan seorang raja, maka raja tersebut membuatkan parit yang diisi dengan kayu bakar. kemudian menyuruh semua masyarakat yang beriman tersebut agar masuk ke dalamnya, sehingga mati terbakar disebabkan mempertahankan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH.
Contoh lain seperti Abu Dzar al-Ghifari yang dipukuli dan disiksa sampai pingsan. Kemudian Ammar bin Yasir, Sumayyah, Bilal bin Rabbah, Khabbab dan para shahabat yang lain. Mereka itulah syuhada dalam Islam ini yang mendapat ujian dan cobaan yang berat sekali dalam mempertahankan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH.

2. Janganlah sekali-kali meninggalkan shalat wajib yang
lima waktu dengan sengaja, karena barangsiapa yang meninggalkannya secara sengaja maka ia akan lepas dari jaminan Allah ta’aala .
Sesungguhnya Allah ta’aala telah mengambil perjanjian atas diri-Nya, bahwa bagi setiap muslim yang menjaga shalat wajib maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Karena itu orang yang meninggailkan shalat dengan sengaja maka ia telah mencampakkan dirinya ke dalam kebinasaan dan dibiarkan Allah, tidak ditolong dan tidak dijamin.
Nabi shalallaahu’alahi wasalam bersabda: “Lima waktu shalat yang Allah telah wajibkan kepada hamba-bamba-Nya, barangsiapa yang mengerjakannya. dia tidak menyia-nyiakannya sedikitpun juga karena menganggap remeh tentang hak-Nya, maka Allah berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang tidak melaksanakannya, maka Allah tidak berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga. jika Allah kehendaki maka Dia akan menyiksanya dan jika Allah kehendaki maka Dia akan mengampuninya.” (HR. Malik, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan an-Nasa’i).
Shalat itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap individu muslim. Tidak boleh ditinggalkan atau diwakilkan kepada orang lain. Karena itu jika ia meninggalkannya, maka ia telah melakukan perbuatan dosa besar. Bahkan dalam suatu hadits dikatakan, orang yang meninggalkan shalat itu berarti telah kufur, sebagaimana hadits-hadits yang sering dibawakan dimana-mana, baik di sekolah atau dipondok-pondok pasantren, bahwa Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam bersabda:
Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkan shalat berarti dia telah kafir. (HR.Tirmidzi no.2621, Ahmad no.366, An-Nasai’i, Tirmidzi– hadits hasan shahih).
Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam bersabda :
Antara seseorang dengan kekufurannya atau kesyirikan adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim dan Ahmad).
Hadits-hadits diatas menunjukkan kepada kita tetang kufurnya orang-orang yang meninggalkan shalat, akan tetapi jumhur ulama belum memvonis kafir, jika ia meninggalkan shalat tersebut bukan karena mengingkari kewajibannya. Tetapi jika ia berkata : “Shalat lima waktu itu tidak wajib bagi saya”, maka seluruh ulama telah sepakat tentang kafirnya orang itu.
Kenyataan yang ada zaman sekarang ini, banyak sekali orang-orang yang meninggalkan shalat, dikarenakan rasa malas, mereka seperti para pegawai, pedagang, sopir, buruh, pembantu dan lainnya.
Apakah mereka dikafirkan? Mayoritas pendapat ulama mengatakan bahwa mereka tidak dikafirkan karena perbuatan tersebut, kecuali madzhab Imam Hanafi saja. Oleh karena itu penguasa yang ada di wilayah itu harus mengambil tindakan kepada orang-orang yang meninggalkan shalat ini, sebagaimana tindakan keras yang ditetapkan para ulama’ untuk menghukum ta’zir/dera/ pecut bagi mereka yang meninggalkan shalat. Yang hukumannya dilaksanakan oleh ulil amri (pemerintah) yang yang ada di wilayah tersebut. Ulama’ lain mengatakan bahwa orang tersebut harus di penjara, dibunuh—ini seperti pendapatnya Imam Syafi’i, sehingga dari hal ini kita dapat melihat bahwa tidak seorang ulama’pun yang menganggap ringan masalah shalat ini.
Kemudian kita juga memperhatikan keluarga kita tentang kewajiban shalat ini. sebagaimana firman :
Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu, Dan akibat (yang baik) itu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa” (Ath-Thoha :132)
Rasulullah shalallaahu’alahi wasalam bersabda:
Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada umur tujuh tahun dan pukullah mereka jika sepuluh tahun belum mau untuk mengerjakannya, dan pisahkanlah tempat tidur antara laki-laki dan perempuan. (H.R. Ahmad, Abu Daud: 459; lihat Shahih Abu Daud no.466 dan ini lafadz Hakim).
Lima waktu shalat yang Allah telah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, barangsiapa yang mengerjakannya atau tidak menyia-nyiakannya sedikit pun juga serta tidak menganggap remeh tentang hak-Nya, maka Allah berjanji untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang meninggalkannya Allah tidak berjanji untuk memasukkanya ke dalam surga, jika Allah kehendaki maka akan Allah siksa dia dan jika Allah kehendaki, maka akan Allah ampuni dia. (HR.Malik, Ahmad. Abu Daud. Ibnu majah,. dan an-Nasa’i)
Banyak ayat dan hadits yang menerangkan tentang masalah ini, untuk itu perlu kiranya kita memperhatikannya. Jangan sampai ada di antara kita, keluarga kita, atau saudara-saudara kita yang meninggalkan shalat yang wajib ini. Kita ingatkan mereka tentang kewajiban ini baik itu lewat lisan, tulisan, buletin. majalah atau dengan cara yang lainnya untuk menerangkan tentang kewajiban shalat ini dan hukuman atau ancaman siksa yang pedih dan api neraka bagi orang yang yang meninggal-kan shalat.
Adapun orang-orang yang tidak shalat. Allah janjikan buat mereka neraka Saqar. Firman Allah ta’aala :
Tiap-tiap jiwa bertanggung jawab atas yang ia perbuat. Kecuali golongan kanan, (mereka) berada di dalam syurga, mereka saling bertanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam neraka Saqar?” mereka menjawab: “Kami dulu tidak termasuk orang-orang yang yang mendirikan shalat.” (Al-Mudatsir : 38-43)
 
lanjutan
 
Sumber : Buletin alhujjah,Risalah No:8/Thn.IV/Rabiul Awal 1422 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar